English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

this widget by www.AllBlogTools.com

Sabtu, 17 Maret 2012

Narasi seekor burung...

Ketika aku meninggalkannya, kalian tidak mengetahui "Sepucuk revolver" ditodongkan kepadaku... hanya satu pertanyaan yang ada  " apakah aku akan mati hari ini ??.." dan demi waktu yang telah menungguku lama, aku merasa berhak untuk mendapat sebuah jawaban.

Aku tak bergeming bagai sebuah pohon, diam tak bergerak. Seketika seorang lelaki bertubuh gempal berteriak di belakang telinga.. " Berlarilah secepat mungkin.. aku menghitung hingga sepuluh.. lalu aku akan mulai menembak !! ".

Tak tahu apa yang harus aku lakukan lagi, kembali pada gadis itu atau aku harus berlari ? aku tenggelam dalam teka-teki cinta yang sulit diantara kata-kata penuh makian dan ancaman..

Dengan setengah berteriak aku katakan padanya.. " jangan menangis.." tetap tak dihiraukan, dia terus menangis.. bahkan hingga terjatuh dipangkuan ibunya.. sang ibu yang hanya diam menyaksikan, bisa jadi ibunya sempat berdoa untukku.. mungkin juga tidak pernah.

Kemudian aku berpaling pada lelaki bersenjata lalu berkata.. " saya akan berjalan perlahan meninggalkan tempat ini.. tidak dengan berlari dan tidak akan pernah berlari !! "..

Setelah beberapa langkah kedepan mereka mulai tertawa.. termasuk si gadis itu ku dengar sayup memanggil.. kemudian hilang bersama bunyi pintu yang terbanding dengan keras.. sangat keras.

Dengan suara berbisik.. aku mulai menghitung langkah... satu.. dua.. tiga.. hingga langkah ke sepuluh.. tidak juga terdengar letusan revolver, dan aku terus berjalan perlahan tanpa menoleh sedikitpun..

My dear.. sungguh kisah ini tak layak untuk siapapun.. bahkan untuk seekor burung sekalipun...

Meskipun kini segalanya telah berbeda.. namun setiap kali teringat akan gadis itu.. aku berharap ada seseorang yang menembak ku tepat dikepala !

for my dancing duck with love....