English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

this widget by www.AllBlogTools.com

Kamis, 20 Maret 2014

Nama ku Lucia bukan Lucifer !

KAGET JUGA sih melihat sebuah banner besar dijalan pinggiran kota, sontak dalam hati aku berteriak " I knew her !". Tak mungkin salah lagi.. lah wong aku pernah dibuatnya mumet di episode hidupku yang lain, sekarang ini lihatlah dia, wajahnya yang sumringah terpampang di alat kampanye sebuah partai untuk pemilihan anggota legislativ propinsi, hebat pikir ku !. pastilah dia sudah membuat banyak perubahan. 

Memang jujur saja, yang pasti aku ingat tentangnya, orang yang membuat pekerjaan ku seperti tukang cuci piring perusahaan, membereskan berbagai kekacauan yang dia buat, baik dalam hubungan profesional horisontal maupun vertikal ketika kami bekerja di satu kantor, sampai-sampai dia mendapat sebutan " miss lucifer " dari kawan-kawan sekantor, singkatnya nobody loves her.. dan lagi menurut cerita kawan-kawan, dia selalu berpindah tempat kerja karena masalah pribadi alias trouble maker, dan wanita itu bernama Lucia. 

Tak tahan begitu sampai dirumah aku ceritakan apa yang kulihat kepada istriku, yang hanya menjawab ringan sambil tersenyum " itukan dulu bang.. bukan berarti dia tidak baik, buktinya dulu Lucia sering memberiku oleh-oleh setiap kali dia pulang dinas luar kota " kata istriku sambil menyodorkan segelas besar air putih dingin. Dulu kami ber-tiga teman satu kantor, tidak lama memang sekitar 6 bulan, istriku satu divisi yang sama dengan Lucia, dan mungkin istriku satu-satunya orang yang menganggap Lucia sebagai teman sekantor, sisanya menganggap Lucia sebagai musuh sekantor, semua orang mengatakan itu. 

 "selama Lucia tidak mengusik kehidupan pribadi ku, dia tetaplah bagian dari pekerjaan di kantor." tegas istriku suatu hari ketika terjadi keributan besar Lucia dengan karyawati lain karena seorang pria yang Lucia akui sebagai mantan pacarnya, yang kini berhubungan dengan karyawati lain teman kami, maklum kota kecil. Belum lagi masalah keributan dengan seorang security yang berakibat panjang, dengan atasannya, dengan tetangga kantor, kasus salah order, laporan yang tak kunjung benar, adu domba antar divisi, dan yang membuat ku mumet diatas, adalah masalah "kedekatannya" dengan Bos-ku yang mau tak mau aku campuri atas permintaan pribadi Mr. gracia, Bos-ku. 

 Setelah kejadian tersebut Lucia menghilang bak ditelan bumi, hanya satu email yang dia kirimkan kepadaku perihal pengunduran dirinya dengan alasan mendapatkan pekerjaan baru di luar kota. Sesekali Lucia menghubungi istriku dengan SMS, sekedar menanyakan kabar, " yang terakhir sekitar dua tahun lalu " terang istriku. Sampai aku melihat banner tadi, alangkah beruntungnya Lucia " mungkin Lucia sudah menemukan jalan hidupnya dan berubah jauh lebih baik, kita doakan saja " yang di amin kan oleh istriku. setidaknya itu keinginan kami berdua. dan sebelum menulis catatan ini aku teringat wajahnya di banner besar itu, tampak Lucia tersenyum lebar sumringah, seakan dengan riang berkata kepada ku " Namaku Lucia.. bukan Lucifer ! ".

Senin, 17 Maret 2014

Sinopsis " Senandung Banyu Cemara "


Jauh sebelum perang dimulai, mpu bilang bahwa saya akan menikah dua kali, bahwa akan banyak cerita hidup yang akan membuat saya lebih matang secara spiritual. seperti saat ini kudapati diriku telah jauh dari mimpi yang telah lama ku rajut, yang telah lama kedua orangtua ku ajarkan dan pelihara dalam setiap doa dan senandung nasihat pengantar tidur. Satu ramalan kecil telah terbukti. 

Dibawah bayang kekacauan negeri ini, kaum pemberontak makin beringas merampas segala dan membumi hangus apapun termasuk akal dan nurani penduduk negeri Alas Jero. Ketika aku sadar bahwasanya ini tidak akan membahagiakan, jauh dari arti pelipur lara.

Ku seret satu kaki ku yang patah, paksa tuk berjalan, sementara prajurit mongol menang mengejek, melempar, tendang dan tinju tak henti menghantam, wahai pencabut nyawa jangan dulu datang. Aku berharap saat ini banyak mempunyai rencana lain, atau paling tidak, mati dengan cara yang lebih terhormat adalah rencana yang sudah terlambat, rasanya. Apalagi berencana mati dalam gelimangan harta, ditangisi banyak orang yang mengasihi.. tidak mungkin ! Aku bahkan tidak berani merencanakan lagi ingin bermimpi.

Aku patah tanpa nada, terjebak dalam kotak yang sama dengan sedikit warna berbeda, dalam kereta kuda yang lain dengan tujuan sama, dimana letak "ketika aku benar" sekarang ?. Ingin rasanya aku berhitung jasa pada negeri ini, ribuan perang telah aku jalani untuk mengabdi. Namun apa daya ? kepada siapa ? aku hidup di negeri terjajah.